Hierarki Food Waste: Urutan Solusi Penanganan Sampah Makanan
Sampah makanan (food waste) menjadi isu penting, baik di tingkat global maupun lokal. Sampah makanan dapat menghasilkan gas rumah kaca seperti kabon dioksida dan metana apabila dibuang di pembuangan akhir (Papargyropoulou et al., 2014). Sampah makanan juga berkontribusi pada 8–10% dari total emisi gas rumah kaca dunia setiap tahunnya. Jumlah ini hampir 5 kali lipat dari emisi sektor penerbangan (UNFCCC, 2024).
Selain itu, dari segi dimensi sosial dan moral, permasalahan sampah makanan juga menimbulkan kesenjangan antara kelangkaan dan pemborosan makanan (Papargyropoulou et al., 2014). Pada tahun 2022, sebanyak 1,05 miliar ton makanan terbuang. Di sisi lain, 783 juta orang mengalami kelaparan dan sepertiga populasi dunia menghadapi kerentanan pangan (UNFCCC, 2024).
UNEP juga mencatat bahwa 19% makanan yang tersedia bagi konsumen telah terbuang di tingkat ritel, jasa perhotelan dan penyajian makanan, serta rumah tangga. Selain itu, masih ada 13% lagi makanan yang hilang selama berada di dalam proses rantai pasok (UNFCCC, 2024). Oleh karena itu, diperlukan upaya penanganan dan pengurangan sampah makanan dari setiap lini rantai pasok.
Namun, tidak semua opsi penanganan sampah makanan memiliki dampak yang berkelanjutan bagi lingkungan. Seperti yang telah dicatat oleh Wei et al. (2024), opsi seperti mengompos dan mengonversi sampah makanan menjadi bahan makanan baru tidak selalu menunjukkan hasil yang baik bagi lingkungan. Maka dari itu, diperlukan sebuah kerangka (framework) yang menjelaskan opsi aktivitas mana yang paling cocok untuk dilakukan supaya penanganan sampah makanan menjadi lebih berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan membentuk hierarki manajemen sampah makanan.
Tentang Hierarki Manajemen Sampah Makanan
Hierarki manajemen sampah makanan adalah kerangka yang menjadi panduan untuk memprioritaskan opsi yang paling tepat dalam mengatasi permasalahan sampah makanan. Prioritas utama diberikan kepada solusi yang memberikan hasil terbaik dari tiga dimensi keberlanjutan, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi (Papargyropoulou et al., 2014).
Papargyropoulou et al. (2014) mengusulkan hierarki berdasarkan hasil studi Grounded Theory, yaitu studi kualitatif untuk mengembangkan sebuah teori baru. Studi ini dilakukan dengan mewawancarai 23 spesialis manajemen sampah makanan. Hasilnya, pencegahan (prevention) dengan meminimalisasi surplus dan sampah pangan yang dapat dihindari (avoidable food waste) menjadi opsi yang paling prioritas untuk dilakukan. Opsi kedua yang disarankan adalah penggunaan ulang (reuse) melalui redistribusi makanan, lalu diikuti dengan solusi daur ulang (recycle) dengan mengonversi sampah makanan menjadi pakan hewan. Ilustrasi selengkapnya terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hierarki manajemen sampah makanan menurut Papargyropoulou et al. (2014)
Pengembangan berikutnya dilakukan oleh Garcia-Garcia et al. (2017). Perbedaannya, Garcia-Garcia et al. (2017) tidak hanya mengurutkan berdasarkan kategori, melainkan juga berdasarkan subkategorinya. Sebagai contoh, kategori guna ulang terbagi menjadi 2 subkategori, dengan urutan pertama adalah redistribusi, kemudian diikuti pakan hewan pada urutan berikutnya.
Pengembangan dari model Garcia-Garcia et al. (2017) diusulkan oleh Wei et al. (2024). Wei et al. (2024) menambahkan 1 subkategori tambahan pada kategori guna ulang, yaitu pemrosesan ulang. Subkategori ini berada di urutan setelah redistribusi dan sebelum pakan hewan. Ilustrasi selengkapnya terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hierarki manajemen sampah makanan menurut Garcia-Garcia et al. (2017) yang dimodifikasi ulang oleh Wei et al. (2024)
Penjelasan dari masing-masing subkategori terdapat pada uraian berikut ini.
Apakah hierarki ini relevan untuk seluruh sektor?
Parsa et al. (2023) menemukan bahwa hierarki sampah makanan yang
berlaku saat ini tidak cukup untuk mencapai tujuan lingkungan yang
berkelanjutan. Hal ini didasari oleh beberapa alasan, yaitu hierarki yang
berlaku saat ini tidak mempertimbangkan dampak terhadap energi dan air, tidak
mempertimbangkan dinamika yang berbeda di setiap sektor rantai pasok, serta tidak
menunjukkan seberapa besar suatu opsi dapat dikatakan lebih baik dibandingkan
dengan opsi lainnya. Oleh karena itu, Parsa et al. (2023) mengembangkan model simulasi untuk menguji
hierarki yang berlaku saat ini.
Parsa et al. (2023) membuat model yang merepresentasikan dinamika sampah makanan di perkotaan dan dampaknya terhadap jejak energi (energy footprint), jejak air (water footprint), dan jejak karbon (carbon footprint). Model tersebut digunakan untuk menguji 7 opsi solusi yang ditawarkan oleh hierarki, yaitu reduksi, redistribusi, pakan hewan, pencernaan anaerobik, pengomposan, insinerasi, dan pembuangan ke TPA. Masing-masing solusi dievaluasi pada 5 sektor yang berbeda, yaitu produksi primer (pertanian, perkebunan, dll), manufaktur, retail, perhotelan dan penyajian makanan, serta rumah tangga. Tidak hanya itu, penelitian ini juga mempertimbangkan skenario lain seperti perubahan kebijakan lokal dan nasional yang relevan dengan pengelolaan sampah makanan.
Hasilnya, terdapat sedikit perbedaan prioritas pada setiap sektor dan setiap parameter dampak. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa opsi reduksi akan lebih optimal apabila diterapkan di hilir rantai pasok (downstream), yang meliputi retail, jasa perhotelan dan penyajian makanan, serta rumah tangga. Sementara itu pada hulu rantai pasok (upstream), yang meliputi produksi primer dan manufaktur, opsi redistribusi lebih optimal karena dapat mengurangi pembelian di tingkat rumah tangga. Pengurangan volume pembelian ini dapat menyebabkan penyusutan pada seluruh rantai pasok termasuk ritel. Sedangkan opsi reduksi hanya berdampak pada produksi primer dan manufaktur saja tanpa memengaruhi ritel. Ilustrasi lengkap terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hierarki manajemen sampah makanan yang telah dioptimalkan berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan oleh Parsa et al. (2023)
Parsa et al. (2023) juga berkesimpulan bahwa opsi berikutnya, selain reduksi dan redistribusi, cenderung tidak dapat ditentukan karena adanya trade-off antar parameter dampak. Hal ini juga dapat dibuktikan dari nilai penghematan untuk masing-masing parameter dampak. Nilai penghematan untuk opsi lainnya terlampau cukup jauh dibandingkan opsi reduksi dan redistribusi. Besarnya nilai penghematan ini ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Jumlah energi, air, dan karbon yang dapat dihemat apabila mengurangi 1 ton sampah makanan berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan oleh Parsa et al. (2023)
Berdasarkan nilai penghematan ini, terlihat
juga bahwa terdapat perbedaan signifikan antar sektor dalam rantai pasok. Dalam
jejak energi, misalnya, opsi mereduksi 1 ton sampah makanan dapat menghemat energi
sebesar 0,36 MWh pada produksi primer dan 7,49 MWh pada sektor perhotelan dan
penyajian makanan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pendekatan satu solusi untuk
semua (one-size-fits-all) tidak cocok untuk diterapkan dalam menentukan
kebijakan manajemen sampah makanan di setiap lini sektor rantai pasok.
Referensi
A. Shukla, K., Bin Abu Sofian, A. D. A., Singh, A., Chen, W. H., Show, P. L., & Chan, Y. J. (2024). Food waste management and sustainable waste to energy: Current efforts, anaerobic digestion, incinerator and hydrothermal carbonization with a focus in Malaysia. Journal of Cleaner Production, 448(April), 1–9. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2024.141457
Bajželj, B., Quested, T. E., Röös, E., & Swannell, R. P. J. (2020). The role of reducing food waste for resilient food systems. Ecosystem Services, 45(April 2019), 101140. https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2020.101140
Behera, S. K., Park, J. M., Kim, K. H., & Park, H. S. (2010). Methane production from food waste leachate in laboratory-scale simulated landfill. Waste Management, 30(8–9), 1502–1508. https://doi.org/10.1016/j.wasman.2010.02.028
Doula, M. K., Sarris, A., Hliaoutakis, A., Kydonakis, A., Papadopoulos, N. S., & Argyriou, L. (2016). Building a strategy for soil protection at local and regional scale—the case of agricultural wastes landspreading. Environmental Monitoring and Assessment, 188(3), 1–14. https://doi.org/10.1007/s10661-016-5139-0
Garcia-Garcia, G., Woolley, E., Rahimifard, S., Colwill, J., White, R., & Needham, L. (2017). A Methodology for Sustainable Management of Food Waste. Waste and Biomass Valorization, 8(6), 2209–2227. https://doi.org/10.1007/s12649-016-9720-0
Girotto, F., Alibardi, L., & Cossu, R. (2015). Food waste generation and industrial uses: A review. Waste Management, 45, 32–41. https://doi.org/10.1016/j.wasman.2015.06.008
Kumar, K., Yadav, A. N., Kumar, V., Vyas, P., & Dhaliwal, H. S. (2017). Food waste: a potential bioresource for extraction of nutraceuticals and bioactive compounds. Bioresources and Bioprocessing, 4(1). https://doi.org/10.1186/s40643-017-0148-6
Papargyropoulou, E., Lozano, R., K. Steinberger, J., Wright, N., & Ujang, Z. Bin. (2014). The food waste hierarchy as a framework for the management of food surplus and food waste. Journal of Cleaner Production, 76, 106–115. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.04.020
Parsa, A., Van De Wiel, M., Schmutz, U., Fried, J., Black, D., & Roderick, I. (2023). Challenging the food waste hierarchy. Journal of Environmental Management, 344(July), 118554. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2023.118554
Reynolds, C., Goucher, L., Quested, T., Bromley, S., Gillick, S., Wells, V. K., Evans, D., Koh, L., Carlsson Kanyama, A., Katzeff, C., Svenfelt, Å., & Jackson, P. (2019). Review: Consumption-stage food waste reduction interventions – What works and how to design better interventions. Food Policy, 83(April 2018), 7–27. https://doi.org/10.1016/j.foodpol.2019.01.009
Saer, A., Lansing, S., Davitt, N. H., & Graves, R. E. (2013). Life cycle assessment of a food waste composting system: Environmental impact hotspots. Journal of Cleaner Production, 52, 234–244. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2013.03.022
UNFCCC. (2024). Food loss and waste account for 8-10 % of annual global greenhouse gas emissions ; cost USD 1 trillion annually. https://unfccc.int/news/food-loss-and-waste-account-for-8-10-of-annual-global-greenhouse-gas-emissions-cost-usd-1-trillion
Wei, Y., Rodriguez-Illera, M., Guo, X., Vollebregt, M., Li, X., Rijnaarts, H. H. M., & Chen, W. S. (2024). The complexities of decision-making in food waste valorization: A critical review. Journal of Environmental Management, 359(March). https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2024.120989
Xu, F., Li, Y., Ge, X., Yang, L., & Li, Y. (2018). Anaerobic digestion of food waste – Challenges and opportunities. Bioresource Technology, 247(September), 1047–1058. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2017.09.020