Pro dan Kontra RDF Sebagai Solusi Masalah Sampah
Fasilitas pengoperasian Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara saat ini menjadi sorotan. Pasalnya, fasilitas yang dibangun oleh Pemerintah Jakarta untuk mengolah 2.500 ton sampah setiap harinya ini menimbulkan bau menyengat dan menyebabkan warga sekitar mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Akibatnya, fasilitas ini menimbulkan protes bagi warga sekitar. Selain itu, Greenpeace juga menganggap bahwa RDF bukan solusi utama yang seharusnya diandalkan.
Hasil Produk Akhir RDF
Sumber: Wikipedia
RDF merupakan produk hasil pengolahan sampah padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi industri semen (Shehata et al., 2022). RDF dibuat dari sampah yang telah dipisahkan dari bahan yang mudah terurai seperti sampah organik dan sisa makanan, serta memisahkan sampah dari logam dan kaca. RDF yang ideal terdiri dari campuran bahan plastik dan kertas sehingga memiliki kadar air yang rendah dan karakteristik termokimia yang baik (Chavando et al., 2022).
Proses Pembuatan dan Pemanfaatan RDF
Sumber: Nuvvula et al. (2021)
Chavando et al. (2022) menganggap RDF sebagai solusi dari dua permasalahan sekaligus, yaitu mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, dan mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). RDF juga sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular melalui pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar. Shehata et al. (2022) juga berpendapat bahwa RDF berpotensi mengurangi emisi dengan sangat signifikan, yaitu sebesar 2.155,3 juta ton CO2 per tahun, memulihkan energi panas sebesar 2–5,5 Gcal per ton, menghemat konsumsi bahan bakar sebayak 4,92 ton per jam, dan menghemat biaya sebesar US$389 per jam.
Meskipun RDF menawarkan berbagai keuntungan, penggunaannya membawa sejumlah risiko bagi kesehatan. Salah satu penyebabnya adalah partikel halus (particulate matter/PM) yang dihasilkan dari proses pembakaran RDF. Penelitian oleh Fernandez et al. (2003) menunjukkan bahwa partikel abu dari pembakaran RDF dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Selain itu, Ragazzi & Sibisi (2003) juga menemukan bahwa paparan dioksin dari hasil pembakaran RDF berpotensi menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan, pencernaan, reproduksi, hingga kanker. Dioksin hasil pembakaran RDF juga dapat terakumulasi di lingkungan, kemudian masuk ke tubuh manusia melalui udara, tanah, dan rantai makanan.
Tidak hanya itu, RDF juga menimbulkan bahaya bagi kesehatan pekerjanya. Mahar et al. (1999) menemukan bahwa pekerja di fasilitas produksi RDF berisiko terpapar debu endotoksin, dan bioaerosol dalam jumlah yang cukup tinggi. Pekerja yang bertugas membersihkan area produksi juga cenderung memiliki risiko terpapar yang lebih tinggi. Paparan tersebut dapat memicu infeksi dan gangguan pernapasan, terutama bila terjadi dalam jangka panjang.
Mengingat manfaat dan risiko yang ditimbulkan, penerapan RDF perlu dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan aspek teknis, lingkungan, dan sosial. RDF memang menawarkan solusi alternatif untuk menangani masalah sampah, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun dampak negatif seperti pencemaran udara, risiko kesehatan, dan penolakan dari masyarakat sekitar juga tidak bisa diabaikan. Kasus di Rorotan menjadi pengingat bahwa solusi penanganan sampah menjadi RDF juga perlu diimbangi dengan sistem pemilahan sampah yang efektif, transparansi proses, serta pelibatan masyarakat. Oleh karena itu, RDF sebaiknya bukan dijadikan sebagai solusi utama, melainkan bagian dari strategi pengelolaan sampah yang tetap memprioritaskan sistem pengurangan dan guna ulang.
Referensi
Chavando, J. A. M., Silva, V. B., Tarelho, L. A. C., Cardoso, J. S., & Eusébio, D. (2022). Snapshot review of refuse-derived fuels. Utilities Policy, 74(February), 2–9. https://doi.org/10.1016/j.jup.2021.101316
Fernandez, A., Wendt, J. O. L., Wolski, N., Hein, K. R. G., Wang, S., & Witten, M. L. (2003). Inhalation health effects of fine particles from the co-combustion of coal and refuse derived fuel. Chemosphere, 51(10), 1129–1137. https://doi.org/10.1016/S0045-6535(02)00720-8
Mahar, S., Reynolds, S. J., & Thorne, P. S. (1999). Worker exposures to particulates, endotoxins, and bioaerosols in two refuse-derived fuel plants. American Industrial Hygiene Association Journal, 60(5), 679–683. https://doi.org/10.1080/00028899908984491
Nuvvula, R. S. S., Devaraj, E., & Teegala, S. K. (2021). A hybrid multiobjective optimization technique for optimal sizing of BESS-WtE supported multi-MW HRES to overcome ramp rate limitations on thermal stations. In International Transactions on Electrical Energy Systems (Vol. 31, Issue 12). https://doi.org/10.1002/2050-7038.13241
Ragazzi, M., & Sibisi, N. (2003). Dioxin health risk assessment for municipal solid waste and RDF combustion: a comparison. Organohalogen Compounds, 65, 329–332.
Shehata, N., Obaideen, K., Sayed, E. T., Abdelkareem, M. A., Mahmoud, M. S., El-Salamony, A. L. H. R., Mahmoud, H. M., & Olabi, A. G. (2022). Role of refuse-derived fuel in circular economy and sustainable development goals. Process Safety and Environmental Protection, 163(July), 558–573. https://doi.org/10.1016/j.psep.2022.05.052