E-waste: Gunung Emas di Balik Tumpukan Sampah

Muhammad Aflah Gandadewata | 20 Mar 2025 Viewers : 55

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, permintaan akan gadget terbaru telah menciptakan krisis baru: limbah elektronik. Perangkat bekas yang seringkali mengandung bahan beracun menumpuk di tempat pembuangan, merusak ekosistem dan kesehatan manusia. Seiring dengan percepatan inovasi, kebutuhan akan solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah e-waste yang semakin besar juga semakin mendesak. Artikel ini membahas dampak e-waste dan bagaimana kita dapat menciptakan masa depan digital yang lebih bertanggung jawab.


Apa Itu E-waste


Banyak pihak mendefinisikan limbah elektronik (e-waste) secara berbeda, menurut European Union Waste Electrical and Electronic Equipment (EU WEEE), limbah elektronik adalah perangkat elektrik atau elektronik yang telah menjadi limbah (Widmer, 2005), sedangkan menurut Basel Action Network (Basel Action Network, n.d.) limbah elektronik adalah perangkat elektronik yang telah dibuang termasuk yang dibuang untuk diperbaiki atau didaur ulang. Namun pada intinya, limbah elektronik merupakan perangkat elektrik dan elektronik yang tidak lagi digunakan pemiliknya, baik karena kehilangan fungsinya maupun alasan lain. Semua perangkat elektrik dan elektronik mulai dari baterai, wireless earphone, ponsel, komputer, kulkas hingga komponen pada electric vehicle (EV) dalat dikategorikan sebagai limbah elektronik.


Mengapa E-waste Penting?


E-waste menjadi semakin penting seiring waktu dengan perkembangan teknologi dan budaya konsumerisme di masyarakat. Berdasarkan data global e-waste monitor (2024), produksi limbah elektronik dunia di tahun 2022 sebanyak 62 juta ton atau hampir dua kali produksi limbah elektronik dunia pada tahun 2010 dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 82 juta ton pada tahun 2030. Berdasarkan data yang diperoleh dari statista (2024), Indonesia sendiri merupakan negara dengan produksi limbah elektronik terbesar ketujuh dunia dengan produksi tahun 2022 sebesar 1.866 juta ton.




Gambar 1 Negara Dengan Produksi Limbah Elektronik Terbesar di Dunia (Statista, 2024)


Selain itu, beberapa kandungan dari limbah elektronik juga dapat membahayakan lingkungan seperti merkuri yang berasal dari lampu dan beberapa peralatan IT. Menurut laporan global e-waste monitor (2024), setidaknya 58 ton emisi merkuri dihasilkan dari penanganan limbah elektronik yang buruk pada tahun 2022. Material penghambat api (flame retardant) yang bersumber dari perabotan dan pembungkus kabel. Menurut Green Science Policy Institute (n.d.), penghambat api dapat menyebabkan gangguan hormon, gangguan perkembangan dan reproduksi serta meningkatkan risiko kanker. Beberapa jenis limbah elektronik juga memiliki kandungan refrigerant seperti AC dan kulkas yang memengaruhi perubahan iklim dan menyebabkan penipisan lapisan ozon.


Dari perspektif ekonomi, pendauran ulang limbah elektronik juga dapat mendatangkan keuntungan dikarenakan kandungan logam pada limbah elektronik seperti emas, besi, dan tembaga. Menurut laporan global e-waste monitor (2024), nilai ekonomi dari material logam pada limbah elektronik pada tahun 2022 diperkirakan sebesar 91 milyar dolar amerika serikat dimana material dengan potensi terbesar adalah tembaga (19 milyar USD), besi (16 milyar USD), emas (15 milyar USD), nikel (14 milyar USD) dan aluminum (11 milyar USD).


Menurut laporan Global E-waste Monitor (2024), produksi bahan mentah yang bersumber dari limbah elektronik juga telah mencegah penambangan 900 juta ton bijih logam dan menghindari emisi sebesar 52 juta ton CO2 dengan tembaga, emas, besi dan palladium sebagai material yang paling banyak diperoleh dari proses daur ulang limbah elektronik.


Cara Meminimalisasi E-waste


Ada berbagai cara untuk mengurangi produksi limbah elektronik. Dilansir dari Zero Waste Indonesia (n.d.), beberapa tindakan pencegahan (preventf) diantaranya mengurangi perilaku konsumtif dengan hanya membeli produk yang dibutuhkan, dan jika memang harus membeli memilih produk elektronik yang memiliki masa pakai lebih lama juga dapat mencegah terbuangnya lebih banyak limbah elektronik, merawat barang elektronik yang telah dibeli agar masa pakainya bisa lebih lama, memilih perangkat yang tidak memerlukan aksesoris elektronik lainnya dan mengedukasi orang-orang terdekat tentang limbah elektronik.


Sedangkan mengumpulkan peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai dan menyerahkannya ke pihak yang ditunjuk untuk mengolah limbah elektronik seperti layanan jemput e-waste dinas lingkungan hidup provinsi DKI Jakarta dapat menjadi tindakan penanggulangan (represif) limbah elektronik yang dapat dilakukan individu.


Kesimpulan


Perkembangan teknologi yang pesat telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam produksi limbah elektronik (e-waste), yang menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. E-waste, yang mencakup berbagai perangkat elektronik yang tidak lagi digunakan, mengandung bahan beracun seperti merkuri dan flame retardant yang berbahaya. Selain itu, e-waste juga memiliki potensi ekonomi yang besar karena kandungan logam berharga seperti emas, tembaga, dan besi. Untuk mengurangi dampak negatif e-waste, diperlukan upaya preventif seperti mengurangi konsumsi berlebihan, memilih produk dengan masa pakai panjang, dan merawat perangkat elektronik, serta upaya represif seperti mendaur ulang melalui layanan pengelolaan limbah elektronik. Solusi berkelanjutan dan kesadaran masyarakat sangat penting untuk menciptakan masa depan digital yang lebih bertanggung jawab.


Ditulis oleh Muhammad Aflah Gandadewata


Referensi

Baldé, C. P., Kuehr, R., Yamamoto, T., McDonald, R., D’Angelo, E., Althaf, S., ... & Wagner, M. (2024). Global e-waste monitor 2024.Global E-waste Monitor 2024. Geneva/Bonn.

Basel Action Network (n.d.). Electronic Waste. https://www.ban.org/e-waste. Diakses pada 12 Februari 2025

Green Science Policy Institute (n.d.). Flame Retardants do they save lives or cause harm?. https://greensciencepolicy.org/harmful-chemicals/flame-retardants/. Diakses pada 13 Februari 2025

Statista (2024). Leading countries based on electronic waste generation worldwide in 2022. https://www.statista.com/statistics/499952/ewaste-generation-worldwide-by-major-country/. Diakses pada 12 Februari 2025

Widmer, R., Oswald-Krapf, H., Sinha-Khetriwal, D., Schnellmann, M., & Böni, H. (2005). Global perspectives on e-waste. Environmental impact assessment review25(5), 436-458.

Zero Waste Indonesia (n.d.). Penjelasan Lengkap Mengenai Apa Itu E-Waste?. https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/apa-itu-e-waste/. Diakses pada 13 Februari 2025

 

Judul Informasi : E-waste: Gunung Emas di Balik Tumpukan Sampah
Kategori : Blog
Fokus Isu : Sampah Anorganik
Viewers : 55
Materi terkait
Blog
Yazid Taufiqurrahman | 20 Mar 2025
Mengenali Model Bisnis dari Pelaku ...
Blog
Admin BSID | 20 Mar 2025
Pembakaran Sampah: Sebuah Budaya ya ...
Blog
Aisyah Najma Agrina | 20 Mar 2025
Menyadari Pentingnya Pemilahan Samp ...
Blog
Yazid Taufiqurrahman | 20 Mar 2025
Hierarki Food Waste: Urutan Solusi ...
;