Penggunaan kantong plastik di kota Banda Aceh
Penggunaan kantong plastik di kota Banda Aceh
Oleh : Muhammad Arshal Yusuf Sihotang
Secara umum memang masih banyak dari masyarakat yang mengonsumsi plastik untuk kebutuhan mengantongi barang atau lainnya. Wajar karena produk dari kantong plastik ini dinilai efisien, murah, fleksibel. Tetapi dampak yang di berikan dari kantong plastik itu sendiri bisa dilihat dampaknya, setiap kita kemana mana selalu saja bertemu dengan sampah kantong plastik ini. Begitu juga di kota Banda Aceh, masih banyak juga konsumsi kantong plastik di Banda Aceh sama seperti kota kota lainnya. Dampak dan efek dari kantong plastik harus kita terima sebagai kenyataan penggunaan produk kantong plastik ini. Tetapi jika dilihat dengan seksama dampak dan efek yang diberikan di Banda Aceh cukup mengerikan, sistem pengelolaan sampah tidak begitu baik, sebagai contoh masih banyak rumah rumah dari masyarakat yang tidak tergapai oleh alur pengangkutan sampah. Jika tersampaipun rumahnya oleh kendaraan pengangkutan sampah, masih banyak yang lebih memilih untuk membakar sendiri terutama di kalangan mahasiswa. Bagi masyarakat atau mahasiswa mengeluarkan uang untuk biaya operasional pengangkutan sampah tidak mau, karena membakar sampah cukup mudah, tidak perlu berbuat banyak untuk membakar sampahnya.
Tidak hanya itu saja masalah mengenai sampah plastik ini di kota Banda Aceh, pikiran dari masyarakat juga yang belum melek terhadap permasalahan sampah plastik ini menjadi hal yang harus di ubah dari masyarakat Banda Aceh. Kepedulian terhadap sampah ini masih dinilai kurang bagi warga Banda Aceh, setiap hari berbelanja, setiap hari juga menggunakan kantong plastik yang di berikan oleh penjual. Tidak ada namanya menggunakan Tote bag, kotak makan, atau pembungkus lainnya. Di TPA pun kelola sampahnya hanya berakhir dengan di timbun saja, tidak ada upaya sekian persen untuk menangani sampah di TPA, jika ada pun hanya sedikit yang dapat di olah kembali, tidak seperti di kota lainnya.
Di pulau jawa khususnya Jabodetabek kita masih sering melihat pemulung yang mengais sampah seperti kantong plastik, gelas atau botol plastik, kaleng, kaca, dan kardus untuk di jual kepada pengepul, dan pengepul nanti akan mengolahnya kembali. Tetapi di kota Banda Aceh profesi pemulung tidak ada, sehingga penanggulan sampah di Banda Aceh tidak mempunyai solusi sedikit pun, hanya sebatas di timbun di TPA atau di bakar. Komunitas atau kelompok tentang kepedulian persampahan di Banda Aceh pun tidak ada, sehingga harapan terhindar dari dampak dan efek sampah plastik ini cepat sampai kembali kepada manusia seperti banjir. Sampah menjadi permasalahan genting bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat sendiri itu juga sebagai pengguna. Banda Aceh tertinggal dari berbagai hal untuk menanggulangi sampah plastik ini. Segala upaya selalu di tunggu di kota Banda Aceh ini.