Dilema Penggunaan Piring Rotan terhadap Lingkungan
Di Indonesia, piring berbahan rotan cukup populer digunakan. Dibandingkan dengan plastik dan bahan sintetis lainnya, tentunya piring rotan lebih ramah lingkungan. Namun, penggunaannya justru menimbulkan masalah baru, seperti bertambahnya jumlah sampah dari penggunaan kertas kraft sebagai pelapis makanan. Penggunaan kertas bersamaan dengan piring rotan ini menjadi sebuah dilema terhadap gerakan ramah lingkungan.
Penggunaan piring rotan tidak semata-mata sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan ramah lingkungan saja, tetapi juga cara untuk menghemat waktu dan air dalam membersihkan piring ketika acara besar. Iya, umumnya piring rotan digunakan di restoran-restoran yang mengusung nuansa klasik ataupun acara hajatan, seperti pernikahan dan khitanan.
Pada dasarnya, makanan basah tidak bisa langsung diletakkan di atas piring rotan. Oleh karena itu, masyarakat melapisi piring rotan dengan daun pisang atau kertas kraft untuk makanan—yang sering kali disebut sebagai kertas nasi—sebelum makanan diletakkan di atasnya. Penggunaan lapisan ini justru meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan.
Penggunaan kertas atau daun pisang ini seolah-olah mengaburkan kelebihan piring rotan yang ramah lingkungan. Pada suatu acara besar, jumlah sampah yang dihasilkan kemungkinan meningkat hingga 2x lipat karena penambahan sampah ini. Meskipun penggunaan daun pisang dinilai lebih ramah lingkungan, hal tersebut tidak menampik bahwa jumlah sampah akan meningkat. Hal ini perlu perhatian khusus karena tidak sedikit yang lebih memilih menggunakan kertas alih-alih daun pisang.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup (SIPSN KLHK), sampah kertas menjadi jenis sampah terbanyak keempat di Indonesia sebanyak 11,14% dari total 34,2 ton pada tahun 2024 di bawah sampah sisa makanan, plastik, dan kayu. Sementara itu, 40% sampah dari angka tersebut masih belum terkelola sehingga hanya menjadi timbunan sampah di TPA. Meskipun sekitar 70—80% sampah kertas dapat didaur ulang, total sampah tersebut cukup terbilang banyak.
Untuk sementara ini, menggunakan daun pisang sebagai pelapis perlu dipertimbangkan alih-alih kertas. Hal ini mungkin tidak mengurangi jumlah sampah, tetapi setidaknya menggunakan bahan yang cepat terurai—lebih ramah lingkungan—adalah solusi yang bijak.
Adapun perlu adanya kebijakan, kesadaran, dan pertimbangan yang tepat dalam penggunaan piring rotan ini yang justru meningkatkan jumlah sampah. Perlu diingat, penambahan lapisan untuk makanan pun meningkatkan biaya pengeluaran yang tidak sedikit. Air dan waktu mungkin jadi hemat, tapi duit di dompet bisa sekarat. Air mudah dicari, tapi lingkungan sulit kembali asri.
#piringrotan #hajatan #daunpisang #kertasmakanan #ramahlingkungan